Yarrow
Mahmoud, satu dari jutaan Muslim yang dibawa ke Amerika selama perdagangan
budak. Ia meninggal lebih dari 200 tahun yang lalu. Sebuah dokumen bersejarah
memperkirakan Yarrow terkubur di antara reruntuhan rumahnya yang dia beli
setelah dimerdekakan tuannya tahun 1797.
Kini, lokasi bersejarah di Georgetown, Washington itu telah berubah menjadi
bangunan real estate senilai beberapa juta dolar. Deyi Awadallah, pengembang
real estate, mengaku tak tahu sedikit pun tentang sosok Yarrow. Namun, ia
menghargai para sejarawan yang berusaha melakukan penyelidikan.
Seperti dikutip onislam.net,
Pengacara dan penulis lepas, James H. Johnston mengungkap, Yarrow dijual
sebagai budak di Senegal saat masih remaja pada tahun 1752. Pria yang butuh
waktu delapan tahun untuk menyelidiki sosok Yarrow ini kemudian ia tuliskan
dalam From Slave Ship to Harvard: Yarrow Mamout and the History of An
African-American Family (2012).
“Dia sangat terkenal pada masanya, tapi tidak pernah ada yang mengenal
sosoknya,” kata Johnston. Inspirasi penelitian Johnston datang setelah ia
melihat dua potret Yarrow, yang menampakkan gambaran aristokrat seorang pria
Amerika-Afrika pada masa perbudakan.
Salah satu potret terkenal itu dilukis oleh seniman awal Amerika, Charles
William Peale. Koleksinya kini tersimpan di Philadelphia Museum of Art.
“Orang-orang terkesan dengan potret itu. Anda melihat dalam potret itu sesosok
pria yang tampaknya kaya, namun mengalami kondisi perbudakan yang mengerikan,”
kata Johnston.
Rumah Yarrow telah dihancurkan lebih dari satu abad yang lalu. Namun, ia
berharap masih bisa menemukan barang-barang asli Yarrow, seperti sumur, jamban,
gudang, atau kuburan aslinya.
No comments:
Post a Comment