Setelah
penyerangan Charlie Hebdo, stasiun radio Muslim di Paris, 'Beur FM' memainkan
peran sebagai 'penengah'. Radio berusaha menjawab pertanyaan masyarakat
Perancis seputar toleransi dan kekerasan.
"Beur FM telah menjadi pokok untuk pendengar dari semua lapisan masyarakat
di Perancis untuk jawaban tentang kekerasan pascapenyerangan Charlie Hebdo.
Serta bagaimana mendamaikan imigran terasing dengan masyarakat arus
utama," ujar Direktur pemasaran, Nabil Bougouss seperti dilansir thestar.com.
Ia menjelaskan, radio yang telah mengudara sejak tahun 1992 ini sebelumnya
hanya menyampaikan perbincangan ringan, musik dan berita, serta info masakan
halal untuk komunitas Muslim. Namun, usai penyerangan Charlie Hebdo jumlah
pendengar beur FM mengalami peningkatan.
Ini
dikarenakan, pendengar bukan hanya dari Muslim saja melainkan pemeluk agama
lainnya ikut mendengarkan siaran radio untuk mengetahui tentang Islam,
toleransi, dan kekerasan.
Ia melanjutkan, penelepon Muslim sering bergulat dengan pertanyaan pelik
tentang identitas. Mereka mencari cara untuk mengekspresikan kekesalan kepada
Charlie Hebdo tanpa terlihat sebagai seorang Muslim yang fanatik. Radio
menghadirkan imam untuk menjawab pertanyaan dari pendengar.
Saat ini, setiap pagi radio Beur FM menyiarkan program ceramah yang memiliki
tema berbeda setiap harinya. Ceramah dilakukan oleh imam Abdelali Mamoun dari
daerah Val-de-Marne tenggara Paris. Ia akan mengangkat tema kontroversial
untuk warga perancis. Biasanya program seperti ini hanya ada selama bulan
Ramadhan.
"Tidak ada rasa malu dalam agama, sehingga tidak ada rasa malu untuk
berbicara tentang apa pun . Termasuk incest dan seputar seksual," ujar
mamoun.
Jumlah Muslim di Perancis diperkirakan mencapai 4,7 juta atau sekitar 7,5
persen dari populasi Perancis. Menurut studi dari Pew Research Center yang
dirilis pada bulan Januari. Kebanyakan dari mereka adalah keturunan Afrika
Utara.
No comments:
Post a Comment