Wednesday, April 29, 2015

Restoran Halal di Itaewon Seoul Korea Selatan



Itaewon menjadi pusat restoran halal di Seoul. Wilayah ini tak hanya menyajikan makanan khas Timur Tengah. Salah satu restoran justru mengusung kuliner asli Korea.

Restoran Eid punya beberapa hidangan Korea. Seperti bibimbap, kimchi hingga sup kol. Tampilannya sama dengan restoran Korea pada umumnya. Pembedanya, Eid menyajikan samgyetang (sup ayam ginseng) dan bulgogi menggunakan bahan sekaligus teknik sesuai aturan Islam.

Eid termasuk satu dari lima restoran di Korea yang bersertifikat halal Korean Muslim Federation. Diantara semua restoran, hanya Eid yang menyajikan menu Korea.

"Saya ingin membantu muslim yang berkunjung ke Korea agar dapat mencicipi makanan Korea tanpa perlu khawatir mengenai kehalalannya," tutur Yu Hyun Woo selaku CEO Eid, seperti dilansir dari Korea Herald.

Restoran berkapasitas 24 orang ini hanya membuat empat hidangan karena tingginya standar proses persiapan makanan halal. Baik cara penyembelihan hewan maupun kandungan bahan. Pemilik dan chef restoran juga harus muslim. Sehingga tidak mudah bagi Yu Hyun Woo membuka restorannya.

"Awalnya hal paling sulit bagi kami adalah menemukan gochujang (pasta cabai) dan doenjang (pasta kedelai) yang halal. Kebanyakan merek memakai alkohol untuk mempercepat fermentasi, sehingga kami harus keluar dan mencari pasta yang difermentasi secara natural. Gochujang di sini ringan dan manis, dibumbui dengan pir," tambah Yu.

Menyajikan makanan Korea seperti samgyetang dan bulgogi pun cukup menantang baginya. Samgyetangseharusnya menggunakan ayam muda utuh, namun mereka tidak bisa menemukan ayam muda halal. Akhirnya Eid hanya memakai setengah bagian ayam halal berukuran lebih besar. 



Begitu juga dengan daging iris halal untuk membuat bulgogi yang sulit ditemukan. Sehingga pekerja perlu mengiris tipis sebongkah daging halal.

"Halal menjadi jauh lebih mudah diakses ketika orang berpikir halal sebagai sebuah sertifikasi mutu seperti HACCP, dibandingkan jenis makanan," tutup Yu.

Restoran halal lainnya yang ada di Korea adalah Salam, Kervan, Mr. Kebab, dan Dongmun (di Pulau Nami). Halal kini mulai menarik perhatian publik Korea setelah menguatnya hubungan negara ini dengan Uni Emirates Arab.

Yuk, Makan Enak di 7 Tempat Makan Halal Baru di Singapura Ini!



Meski Singapura bukan negara muslim, mencari tempat makan halal di sana tidak begitu sulit. Menurut Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), pada 2013 ​ada ​2.589 bisnis makanan di negara tersebut mendapat sertifikat halal.

Lima tahun terakhir, rata-rata 934 usaha kuliner di Singapura memperoleh sertifikat halal per tahunnya. Media lokal The Straits Times pun membuat daftar restoran, kafe, dan toko kue halal di Singapura yang baru buka:


1. All Things Delicious


Toko kue yang berawal dari usaha online ini memakai bahan-bahan halal. Kapasitas tempat duduknya hanya enam orang, jadi lebih baik Anda membawa kuenya pulang. Ada carrot cake (S$6.20, Rp 59.000), sticky toffee pudding (S$5.50, Rp 52.400), serta orange cranberry scones (S$3, Rp 28.600).

Alamat: 462 Crawford Lane, 01-61
Telepon: (+65) 93824767

2. Cake Delights


Tulisan Islami dalam aksara Arab yang tercetak di dinding serta para staf berhijab seakan menjadi jaminan kehalalan sajian toko kue ini. Anda bisa menikmati cupcake, cakepotong, tart, brownies, dan wafel dengan harga S$1-7 (Rp 9.500-66.700) per buah.

Gerai mungil ini sudah menambah tempat duduknya untuk memenuhi permintan pelanggan. Cake Delights berencana buka lebih awal untuk melayani sarapan dan pada Minggu untuk brunch.

Alamat: 664 North Bridge Road
Telepon: (+65) 63415059

3. Fix


Pernah mencoba naanwich, sandwich yang menggunakan roti naan? Restoran Fix menyajikan naanwich dengan varian daging sapi dan kimchi serta chicken tikka (S$10, Rp 95.000). Tersedia pula dessert berupa chiffon cake, tart, dan kue sus dengan harga S$6-7 (Rp 57.100-66.700).

Kafe berkapasitas 80 tempat duduk ini menggunakan bahan-bahan halal dan sedang mengurus sertifikat halal.

Alamat: HomeTeamNS-JOM Clubhouse, 31 Ah Hood Road
Telepon: (+65) 62561484


4. Rouse


Hidangan paling laris di bistro casual ini di antaranya Crabby Patty dengan salsa mangga dan salad (S$17.90, Rp 170.600). Ada pula sajian baru yakni Krusty Kari Burgerdengan kepiting bercangkang lunak dan ubi goreng.

Alamat: 36 Dunlop Street
Telepon: (+65) 62922642

5. Royz Et Vous


Kafe dengan elemen Prancis ini menyajikan hidangan seperti rendang ayam dengan nasi putih atau roti Turki (S$14, Rp 133.400). Kopi yang disajikan dengan V60 (S$6.50, Rp 62.000) serta bermacam-macam cake juga bisa dibeli di sini.

Alamat: 17 Bali Lane
Telepon: (+65) 62930270

6. Sarah's The Pancake Cafe


Sarah's The Pancake Cafe yang berkapasitas 30 orang dikelola muslim. Di sini pancake dan crepe tersedia dalam varian manis maupun gurih, sehingga bisa dijadikan dessertmaupun hidangan utama.

Salah satu pilihan manis yang unik adalah Ala Dol (S$12, Rp 114.300), crepe beroles pasta kacang merah dengan topping jagung manis pipil, cendol, dan tuangan gula palem. Kalau ingin yang gurih, coba Al Istanbul (S$14, Rp 133.400).Pancake kentang parut tersebut disajikan bersama hamkalkun asap serta salad sayuran.

Alamat: East Village, 430 Upper Changi Road, 01-62

7. Toasties


Mau submarine sandwich a la restoran Subway namun meragukan kehalalannya? Datang saja ke Toasties sudah bersertifikat halal. Rotinya memiliki panjang 15-30 cm dengan isian berupa bacon ayam (S$6.90, Rp 65.700), dada ayam asap (S$5.90, Rp 56.200), atau tuna mayo (S$5.40, Rp 51.500).

Alamat: Block 201D Tampines Street 21, 01-1171



Kuil di Hong Kong Punya Buddha Emas & Ruang Anti Peluru


Pada 15 April 2015, Hong Kong akan membuka Tsz Shan Monastery di Tai Po. Kuil Buddha bergaya Dinasty Tang tersebut memiliki patung Dewi Guanyin terbesar kedua di dunia, tiga patung Buddha emas, hingga ruang anti peluru.

Dikelilingi oleh perbukitan hijau di Tai Po, adalah komplek Tsz Shan Monastery di Hong Kong yang sudah jadi dan akan segera dibuka. Dilansir dari CNN, informasi mengenai keindahan kuil itu sudah diketahui.

Sebagai kuil Buddha, Tsz Shan Monastery yang terletak di atas perbukitan Hong Kong akan menjadi salah satu tempat untuk menimba ajaran Buddha, sekaligus tempat wisata bagi para traveler. Lama pembuatannya adalah lima tahun, terhitung sejak tahun 2003.

Tsz Shan Monastery lahir dari gagasan lelaki terkaya Asia, Li Ka Shing. Li menyumbangkan USD 193 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun dari uang pribadinya untuk pembangunan kuil tersebut. Jumlah yang tidak sedikit.

Kuil seluas sembilan lapangan bola itu pun dilengkapi dengan patung Dewi Guanyin atau Kwan Im yang merupakan dewi welas asih dalam agama Buddha. Patung yang berdiri pada ketinggian 76 meter itu disebut-sebut sebagai patung Dewi Guanyin tertinggi kedua di dunia.

Tidak hanya itu, Tsz Shan Monastery juga memiliki beberapa aula berukuran besar. Pada salah satu aulanya, terdapat tiga patung Buddha yang terbuat dari emas 24 karat. Setiap aula akan difungsikan sebagai tempat meditasi dan pembelajaran tentang Buddha.

Namun di antara semuanya, yang paling menakjubkan mungkin adalah keberadaan satu dari tiga asrama yang jendelanya dibuat anti peluru. Fungsinya tentu saja adalah untuk memberikan perlindungan bagi para petinggi Buddha yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Festival Unik di Hong Kong, Ratusan Orang Berebut Bakpao



Festival unik memang ada berbagai macam di seluruh dunia. Salah satunya adalah Festival Cheung Chau Bun, festival dari Hongkong ini mempunyai acara utama berebut bakpao keberuntungan dari menara bakpao setinggi 14 meter.


Festival Cheung Chau Bun telah menjadi tradisi yang dilakukan oleh masyarakat daerah Cheung Chau sejak ratusan tahun silam. Menurut situs resmi pariwisata Hong Kong festival ini jatuh pada hari ke-5 hingga hari ke- 9, pada bulan keempat kalender China.

Kisah awal mula diadakannya festival ini dimulai sejak dari Dinasti Qing (1644-1911). Pada waktu itu, penduduk Cheung Chau menderita wabah penyakit yang tak kunjung usai. Untuk mengatasinya mereka memutuskan untuk mengadu kepada Dewa Pak Tai.

Para penduduk pulau akhirnya membuat altar pemujaan di depan kelenteng Pak Tai dan meminta Dewa Pak Tai mengusir arwah jahat yang menyebabkan wabah di wilayah Cheung Chau. Mereka sembari mengarak patung dewa-dewa hingga ke penjuru tempat.

Wabah di Cheung Chau pun berakhir, setelah parade itu diakhiri oleh pertunjukan ritual Taoisme. Ratusan tahun kemudian, ritual dan festival ini masih terus dilakukan sebagai bagian dari warisan kebudayaan Tiongkok yang sangat luhur.

Setiap tahun, festival ini selalu dipadati turis maupun penduduk lokal Hong Kong yang penasaran akan rangkaian acara festival bakpao ini. Festival ini juga menjadi momen bagi penduduk Cheung Chau yang telah lama merantau ke luar daerah untuk mudik dan melihat festival kebanggaan di daerah asalnya.

Selain ada acara perebutan bakpao keberuntungan dari menara yang terbuat dari bakpao setinggi 14 meter, akan ada pertunjukan barongsai, musik, tari-tarian tradisional dan parade kostum dewa-dewa selama 5 hari penuh.

Tahun ini festival Cheung Chau Bun akan digelar pada tanggal 22-26 Mei 2015. Traveler yang penasaran bisa langsung meluncur ke Hongkong untuk melihat keseruan acaranya!